1.   Pengolahan lahan.

 Sebelum penanaman, kebun, juga juring (lubang tanam) dengan lebar 50 cm dan dalam (20-30) cm perlu diolah dan dikerjakan dua kali untuk stek pertama dan stek kedua dan dibersihkan dari rerumputan, terutama alang-alang yang harus dibersihkan sampai ke akar-akarnya dengan cara manual atau mekanis, hingga lahan siap tanam. Selanjutnya pembuatan got keliling dengan ukuran lebar 60 cm, dalam 70 cm. Got malang dengan lebar 50 cm dan dalam 60 cm. Selanjutnya dibuat lubang tanam dengan lebar 50 cm dan dalam (25–30) cm.

 

2.   Persiapan bibit dan penanaman.

Tebu ditanam dengan stek. Bibit yang digunakan ada 3 macam yaitu:

·         krecekan = dipotong hingga mempunyai 2–3 mata,

·         stek pucuk = dipotong bagian ujung dari tebu bibit yang sudah berumur (6–7) bulan, dengan (2–4) buah mata di bawah ruas daun terbawah, dan

·         bibit rayungan = tunas yang tumbuh panjang dari bibit yang tertinggal, sesudah diambil stek pucuk, setelah berumur (35–45) hari, atau dengan tebu keprasan yang bermutu baik dan sehat.

Bibit di tanam dengan kedalaman (5–10) cm dan mata bibit menghadap ke samping dengan media tanam dengan ketinggian (10–20) cm dari permukaan aslinya (kasuran).

3.   Pemupukan.

Pemupukan pada tanaman tebu sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan rendemen. Pemupukan dilakukan (2–3) kali/periode panen, baik untuk pertanaman baru (PC) atau tebu keprasan atau ratoon (RC). Hingga saat ini penggunaan pupuk organik masih jarang dilakukan. Akibatnya kualitas lahan menurun, dan rendemen rendah. Dosis pupuk anorganik yang banyak digunakan adalah 300 kg Urea, (100–200) kg ZA, (100–200) kg SP-36 dan (200–300) kg KCl. Diberikan 2 kali, yaitu 50 % awal tanam dan 50% sekitar (6–8) minggu setelah tanam (atau ratoon untuk tebu RC). Untuk meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen, gunakanlah TPP-ABG Tebu.

a.      Pemupukan I. Untuk pemupukan tanaman baru (PC) atau tanaman ratoon (RC) berikan campuran (100–150) kg ABG-Bios + (100–150) kg Urea + 100 kg ZA + 50 kg SP-36 + (50-100) kg KCl, pada awal tanam, yakni sekitar (1–2) minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dalam larikan sepanjang juring tanaman atau seperti yang biasa dilakukan.

b.      Pemupukan II. Untuk pemupukan tanaman baru (PC) atau tanaman ratoon (RC) berikan campuran 100 kg ABG-Bios + 100kg Urea + 100 kg ZA + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl, sekitar (6–8) minggu setelah tanam. Pupuk diberikan dalam larikan sepanjang juring tanaman, atau seperti yang biasa dilakukan. Setelah pemupukan lakukan pembumbunan tanaman.

c.      Pupuk ABG. Untuk memacu pertumbuhan vegetatif (daun, tunas) dan peningkatan rendemen, kombinasikan dengan penyemprotan atau penyiraman ABG-D dan ABG –B, dengan konsentrasi (2–5) cc/liter air.

d.      ABG-D. Penggunaan ABG-D berperan penting untuk merangsang pembentukan tunas, memacu pertumbuhan tanaman dan perakaran, baik tanaman baru (PC) atau ratoon (RC). Pemberian ABG-D, dengan konsentrasi (2–5) cc/liter air, dilakukan 2 kali, yaitu awal tanam, atau 1 bulan dan 2 bulan setelah tanam (BST), dengan cara disemprotkan pada tanaman atau disiramkan dengan menggunakan emrat atau mesin pompa.

e.      ABG-B Untuk meningkatkan rendemen (pembentukan gula), berikan ABG-B, dengan konsentrasi (2–5) cc/liter air, pada 3 BST, 4 BST dan 5 BST (bulan setelah tanam atau ratoon). Aplikasinya disiramkan pada perakaran dengan menggunakan emrat atau mesin pompa atau diberikan bersama air irigasi. Konsentrasi dapat dikurangi bila volume air yang digunakan relatif banyak.

4.   Pemeliharaan.

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembumbunan, pengendalian gulma atau penyiangan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

·         Penyiraman dilakukan sampai tebu berumur 16 minggu.

·         Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida, sesuai dengan yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

5.   Panen.

·         Dipanen dengan cara ditebang dengan cara menggali rumpun tebu dengan linggis dan mencabut batangnya atau dengan memotong tebu dan menyisakan bagian tebu di dalam tanah.

·         Kandungan gulanya dianggap tinggi, umumnya setelah berumur (10–12) bulan.